Ibu Istimewa

Klise memang saat mengetik tulisan semacam ini untuk mengenang hari Ibu, rasanya seperti tidak ada gunanya dan tidak sebanding dari apa yang Mama perjuangkan untuk anak perempuan semata wayangnya ini.
Sekarang umurku semakin beranjak dewasa, rasanya waktu begitu singkat.
Seperti baru kemarin aku dilahirkan dan ditimang oleh Mama, dan sekarang aku sudah sebesar ini saja.
17 tahun yang berlalu rasanya hanya seperti 17 hari.
Aku menua, begitupun Mama.
Mama sudah berjuang banyak, aku setetes keringatpun rasanya belum.
Konyol juga tampaknya jika mengaku bahwa aku anak yang baik hanya saja belum mampu membalas jasa Mama.
Aku ini nakal.
Mama suka menangis diam-diam dikamar memikirkan masa depan gadis satu-satunya yang Mama miliki, khawatir jika gadisnya nanti sengsara.
Maaf ya Ma,
aku tahu aku menyulitkan.
Tapi, Ma..
Banyak mimpi-mimpi yang sedang kususun sekarang untuk Mama.
Kupastikan akan kugapai secepatnya untuk Mama.
Bersabar ya, Ma?
Meski aku tahu Mama akan berkata tidak perlu membalas apapun.
Iya, Mama itu kan malaikat.
Terimakasih, Ma..
Untuk semuanya, untuk segalanya.
Kalau boleh aku menuntut satu hal lagi dari Mama, kumohon berjanji padaku untuk tetap hadir dihadapanku sampai nanti.
Aku, ingin Mama berdiri di kejauhan memberi tepuk tangan padaku saat aku menggenggam semua pencapaianku.
Aku, ingin melihat Mama menangis bersamaku saat mimpiku sudah kudapat.
Mama, panjang umur ya? Janji?
Dan untuk yang kesekian kalinya, Ma...
Terimakasih.
- JR
Komentar
Posting Komentar