Kilas Balik Masa Pandemi: Apa Kabar, Sekarang?
Oke ingin menulis sebentar, karena sudah lama tidak mencurahkan isi pikiran lewat tulisan di dunia maya. *terakhir blogging hampir lewat 8 tahun yang lalu, muehehehe..
Pendidikan yang tertunda, pekerjaan yang semakin sulit untuk digapai, keuangan semakin menipis, kebangkrutan dimana-mana, perjuangan yang menjadi semakin berat, dan rasa sedih yang semakin dalam. Persis seperti di lirik lagu ini,
"Siapa sangka, semua berhenti."
"Hal yang dinanti-nanti gagal kau temui."
Sama seperti cerita saya di tahun 2020 yang penuh elegi. Semua yang tiba-tiba terasa hancur, sampai rasanya juga ingin menghancurkan diri sendiri saja. Kegagalan, kehilangan, kekacauan, kemarahan, kekecewaan, kesedihan, semua datang bersamaan di tahun itu. Bukan cuma pandemi ternyata, tapi memang sudah jadi waktunya saja yang nyatanya diatur Tuhan untuk saya hadapi beragam problemanya pada tahun itu.
Masa yang kelam, masa yang muram. Sampai-sampai hanya bisa bungkam.
Tapi, kembali lagi saya lihat lirik lagu ini pada akhir kalimatnya, "Mungkin semua ada hikmahnya."
Iya, semua benar-benar ada hikmahnya. Siapa sangka kalau semua keberhentian di tahun 2020 ternyata memberi kita ruang untuk istirahat, untuk berjalan santai, mengenal diri sendiri lebih dalam, dan berhenti sejenak dari lari yang panjang.
Kalau ditanya "Ada gak yang mau dirubah dari masa lalu?" Jawaban saya, selalu "Tidak."
Karena, tanpa hal-hal di masa lalu, saya belum tentu bisa jadi setangguh hari ini, saya belum tentu bisa ada di posisi saya yang sangat mencintai diri saya saat ini, saya juga belum tentu bisa bertemu orang-orang baik saat ini yang penuh dengan energi positif menyelimuti saya. Membuat saya jadi lebih percaya diri, lebih berani, lebih yakin kalau saya bukan orang yang lemah. Kita. Kita semua bukan orang yang lemah.
Akhir paragraf, rasanya pas untuk mengucap "Terima kasih" untuk orang-orang yang selalu ada dan untuk masa-masa kelam yang tlah membentuk cahaya bohlam.
Terima kasih. — Rein 2024.
Komentar
Posting Komentar