DIKSI UNTUK SEMESTA
Aku memanggilmu Semesta.
Dalam setiap keraguan dan keyakinan yang ku emban,
aku akan tetap memanggilmu Semesta.
Dalam setiap tangisan dan tawa yang ada di pelukan,
aku akan tetap memanggilmu Semesta.
Bukan Neraka.
Di ujung penaku tertulis sebuah diksi, asmaraloka.
Iya, untukmu. Semesta.
Mungkin terlalu munafik bagimu menggengam maknanya.
Mungkin tak sesuai dengan bagaimana isi nyatanya.
Yang sebagian orang ketahui hanyalah, anca-anca saja.
Kasihan, ya.
Andai, mereka lihat bagaimana atmamu yang sesungguhnya.
Tingginya ufuk di setiap arah,
memperkenalkan mega dan lintang.
Sabana dengan ancala yang menjulang indah,
membentuk suatu yang palapa.
Andai,
mereka tahu bagaimana cara menikmati buana.
Nikmat yang sebenar-benarnya.
Ya, sudah lah.
Bagiku,
kau adalah asmaraloka milikku.
Komentar
Posting Komentar